Rabu, 23 Februari 2011

Kontemplasi Minggu Kemarin

And She fights for her life as she puts on her coat. And she fights for her life on the train. She looks at the rain as it pours. And she fights for her life as she goes in a store with a thought she has caught by a thread. She pays for the bread and She goes... Nobody knows...

(Anggap saja saya lagi nyanyi lagu yang video klipnya menurutsaya paling keren sedunia akhirat.


Apa judul lagunya? Silakan cari tau di tempat mencari Tuhan [Google])


Minggu kemarin adalah minggu pertama semester kedua saya di bangku kuliah. How was my week? Campur aduk.

Sebuah alhamdulillah saya persembahkan untuk weekend saya kemarin karena saya bisa melewatkan weekend di rumah. Jadi, Sabtu kemarin saya dilanda krisis keuangan. Uang saya Cuma tinggal Rp 10.000, kartu penyelamat (ATM) saya ketinggalan di rumah, sedangkan untuk bisa pulang ke rumah saya butuh Rp 15.000. Tiket Pramexs Rp 9.000, ongkos 2x naik bus Rp 6.000. Akhirnya saya tulis surat ke bapak saya “Bapak, nanti aku pulang naik Pramexs jm 3, smp Solo jm 4. Aku nggk jadi naik angkot, uangku tinggal 10rb, nggk cukup buat ngangkot.” Tragis nian nasib saya.



Selebihnya perjalanan saya di minggu kemarin lancar, meskipun nggak selancar jalan tol, tapi setidaknya nggak semacet Jalan Kaliurang di sore hari dan jalan-jalan di Jakarta.

Sedikit tentang macet. Sekarang si Komo ngider di mana-mana ya? Nggak di Jakarta, nggak di Jogja, nggak di Solo, bahkan di Karanganyar kota kecil nyempil aja macet. Rasanya hidup itu habis di jalan. Gimana nggak gitu coba kalo misal waktu yang sehari 24 jam itu kita habiskan untuk naik sepeda onthel, sepeda motor, mobil, angkot, becak, oplet, bajai, dokar, andong, gerobak, skuter Poo si Teletubies merah, kereta, dsb, 2 jam aja trus dikalkulasikan. Seminggu udah 14 jam. Sebulan udah 56 jam. Setahun udah 672 jam = 28 hari = 1 Februari What a wow! Kalo misal kita hidup sampai umur 60 tahun, berarti kita habisin 50 Februari di jalan yang sama artinya dengan 4 tahun 2 bulan di jalanan (anggap umur 0-10 tahun kita belum cukup aktif berkeliaran ke mana-mana). What a big wow!

Saya emang nggak hidup di Jakarta yang macetnya begitu nista, saya hidup di Jogja-Solo-Karanganyar, tapi itu sudah cukup membuat saya kenyang dengan macet. Tiap pulang kuliah sore, Jakal begitu mengerikan macam orang antri duit 10ribu di klenteng pas tahun baru Cina, crowded banggeetzzz. Sudah dapat dipastikan, pada jam-jam hot-hotnya pulang kantor-sekolah-kuliah (jam 4-6 sore), saya harus rela terjebak di perempatan MM untuk minimal 4x lampu merah. Sungguh manyedihkan. Jarak yang nggak seberapa harus ditempuh ibarat semut jalan di penggaris dari angka 0 cm sampai 1001 cm. Mengenaskan.

*****

Kamis malam, minggu kemarin saya nonton Provokatif Proactive yang temanya tepatnya apa saya lupa, tapi intinya nyangkut-nyangkut kerusuhan-kerusuhan di Indonesia gitulah. Oya, sekarang saya jadi sering nonton PP gara-gara ibu saya yang seneng nonton Raditya Dika meracuni saya untuk nonton PP juga. Empat orang sebagai sampel masyarakat Indonesia yang ada di PP punya pendapat lain-lain tentang apa sebenarnya sebab aneka rupa kerusuhan di Indonesia. Ronald sebagai delegasi rakyat kelas bawah berpendapat bahwa itu karena masyarakat Indonesia aja yang emang suka kekerasan. Raditya Dika sebagai delegasi mahasiswa-nggak-lulus-lulus berpendapat kalo itu karena kecemburuan kaum minoritas sama kaum mayoritas. Joshie sebagai delegasi orang-orang berduit berpendapat kalo itu semua sebenarnya dalangnya satu, ada semacam konspirasi gitu. Panji sang delegasi orang seven-to-five (orang kantoran maksudnye) berpendapat kalo itu semua adalah bentuk pengalihan perhatian dari kasus yang lagi hot sebelumnya.

Tapi kalo dilihat-lihat, sebenernya kerusuhan-kerusuhan itu justru disebabkan oleh gabungan keempat hal yang disampaikan para delegasi-delegasi itu. Aneka rupa kerusuhan itu terjadi karena masyarakat yang gampang panas dikompori oleh isu-isu yang erat kaitannya dengan SARA dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkepentingan untuk mengalihkan perhatian publik dari kasus yang melibatkannya dengan cara menyebabkan perselisihan yang melibatkan kaum minoritas dan mayoritas. Nah, bingung kan?

Sudahlah, nggak usah habisin energi untuk kerusuhan kerusuhan itu. Ada hal lain yang lebih mendesak untuk dipikirkan, PEMERINTAH MELARANG PEREDARAN FILM-FILM LUAR NEGERI DI BIOSKOP-BIOSKOP TANAH AIR! Oh, no! Oh, tidaaaaakkkkk!



Jangan sampai hal itu terjadi, ya Allah. Jangan sampai!




Kalo sampe itu terjadi, saya akan menggantung jemuran saya sendiri, berpuasa jam 9malam-4pagi selama hidup saya, beli panci buat The Nina’s kalo saya dapat beasiswa PPA.
Mau nonton apa coba kalo film Holywood, Mandarin, daratan Eropa, maupun Bolywood dilarang gentayangan di bioskop-bioskop tanah air?? Bukannya film-film tanah air itu nggak berkualitas, tapi kalo tiap ke bioskop isinya Cuma film-film dalam negeri kan ya nggak variatif gitu, itu-itu mulu gitu. Apalagi film-film lokal tuh hobinya kompakan, kalo satu bikin film horor, semua bikin film horor, kalo satu bikin fim cinta-cintaan, semua bikin film cinta-cintaan. Makin nggak variatif lagi deh. Lagian film lokal tuh yang main itu-itu mulu. Hantu Indonesia mana yang belum main film coba? Semua jenis hantu-hantuan Indonesia udah main film. Kan kasian yang nggak suka nonton film hantu-hantuan Indonesia gitu.

Sebaiknya pemerintah mengkaji lagi, lagi, dan lagi deh sebelum benar-benar memutuskan peraturan itu. Inti dari masalah ini pajak, kan? Jadi nggak usah sampai dilarang gitu, cukup diperbaiki aja sistem pajak dan peredarannya. Diatur ulang gitu, nggak usah dilarang sama sekali. Ruginya banyak lho kalo sampe kejadian dilarang gitu. Sayang kan kalo negara harus merugi lagi, lagi, dan lagi?

Oya, cuit-cuit Kepompong ini walaupun cuma sepetak dapet kesempatan eksis di Abstractive Sense
Makasih ya Mas Dikaaaa....



Minggu, 13 Februari 2011

Liburan

Liburan duit mengalir bagai air Grojogan Sewu. Deres.

Sounds great, doesn’t it? Great kalo mengalirnya ke dalam kantong, tapi ini mengalirnya keluar kantong, dompet, ATM, bahkan celengan Mickey Mouse saya. Liburan emang bener-bener menguras kantong saya.

Karena libur, uang saku yang dikasihkan pun sekedarnya, nggak kaya kalo school days. Jadilah saya sering main ke ATM. Kalo kemarin-kemarin rekening saya senyum-senyum mulu ke saya karena dia nggak kelaparan, saya kasih makan terus, sekarang dia cemberut mencaci maki saya karena dia makin kurus.

Tapi emang ini semua karena saya sendiri kan ya? Mungkin saya aja yang kebanyakan main kali ya? Duit saya ke mana aja nggak jelas. Nggak berbekas. Bahkan koreng pun nggak ada. Itu nyawa ekonomi mengalir dan menggembungkan kantong 21, para penjual es krim dan froyo, penjual donat, rental VCD, toko buku (Gramedia, the most), dan SPBU.

Kalo hari ini duit saya Cuma selembar, besok pasti udah jadi berlembar-lembar. Bukannya saya pinter menganak-pinakkan uang macam dukun-dukun jadia-jadian yang gentayangan dengan ajian kaya raya modal duit ditutup ember jadi banyak, tapi itu uang yang selembar cuma berubah wujud. Bahagia sekali saya pastinya kalo penambahan jumlah lembaran itu diikuti penambahan jumlah nominal. Nha ini jumlahnya nambah, tapi nominalnya boro-boro nambah, yang ada makin kecil, mereduksi, senantiasa berkurang. Kalo sebelumnya selembar itu berwarna biru menawan bertuliskan Rp 50.000, dia berubah jadi berlembar-lembar kertas warna-warni yang tulisannya berubah jadi Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, Rp 1.000, bahkan jadi duit keras juga, Rp 500.

Ah, liburan, engkau memang menyenangkan, tapi duitku jadi jauh berkurang.

Senin, 07 Februari 2011

Taksi Kuda Berargo, GEOMETRI

Alogaritma adalah seorang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Asalnya dari Bandung. Kalo temen temennya kuliah naik kendaraan umum atau kendaraan pribadi berupa sepeda motor, mobil, atau sepeda onthel, Alogaritma pun sebenernya naik kendaraan pribadi, cuma agak beda dari temen-temennya, dia naik kuda. Ya, kuda yang kakinya empat, badannya kekar, makannya rumput.

Kenapa naik kuda? Karena neneknya punya peternakan di ujung Gunung Lawu dan kuda itu adalah kado dari neneknya karena Alogaritma diterima kuliah di Jogja. Jadilah Alogaritma ke mana-mana naik kuda.

Tumpangan Alogaritma yang lain dari pada yang lain itu sempat bikin geger para penjaga parkir di kampusnya. Pertama kali ke kampus dengan kudanya, dia parkir kudanya di dekat lapangan baseball Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY. Namanya kuda ya suka makan rumput, liat rumput yang hijau menawan dan segar di lapangan baseball jadilah cacing-cacing di perut si kuda bikin konser minta di kasih makan. Akhirnya si kuda makan, lari-larian, leha-leha di lapangan baseball bagai menemukan a piece of heaven-nya di kampus majikannya. Para penjaga parkir yang ngeliat bingung sendiri. Mereka pikir, “Gimana bisa kuda UPT Peternakan UGM lepas sampai sini?”. Mereka sibuk cari cara gimana buat ngamanin si kuda. Lalu di tengah kebingungan para penjaga parkir, Alogaritma muncul karena kuliahnya udah selesai. Dia lalu teriak, “Oh no! Kudaku hilang!” Para penjaga parkir yang sebelumnya jumpalitan nyari ide buat ngeluarin si kuda dari lapangan baseball jadi teralihkan perhatiannya sesaat karena teriakan Alogaritma. Mereka pikir yang dimaksud “kudaku” sama Alogaritma adalah mobil merk “KUDA”.

Penjaga parkir : Ada apa, mas?
Alogaritma : Kuda saya ilang, Pak.
Penjaga Parkir : Tadi di parkir di mana?
Alogaritma : Di sana, Pak. Di bawah pohon dekat pagar lapangan baseball itu, Pak.

Tiba-tiba, ketika Alogaritma menunjukkan di mana dia parkir kudanya ke penjaga parkir semuanya jadi slow-motion, dia menemukan sesosok kuda gagah sedang lari-larian sambil ngemil rumput di lapangan baseball. Bagai menemukan oase di tengah Gurun Gobi, Alogaritma terharu. Matanya berkaca-kaca. Dengan pandangan terkunci ke sesosok kuda di lapangan baseball, Alogaritma melangakah menuju kudanya meninggalkan penjaga parkir yang sibuk ber-handy-talkie dengan penjaga parkir dan satpam seantero kampus, berkoordinasi demi menemukan “KUDA” Alogaritma.

Dengan lembut Alogaritma mendekati kudanya, mengelus surainya, dan memegang tali kekangnya. Si kuda pun mengikik pelan sebagai ganti senyuman menyambut tuannya. Dengan senang dan lega, Alogaritma menuntun kudanya keluar lapangan baseball menuju para penjaga parkir.

“Pak, makasih ya. Ini kuda saya udah ketemu,” kata Alogaritma ke penjaga parkir.
Penjaga parkir bengong.

Handy talkie-nya berisik.

“Saya pulang dulu ya, Pak. Sekali lagi makasih, “ Alogaritma naik kudanya menuju kostnya.
Penjaga parkir masih bengong.

Handy talkie-nya masih berisik.

Tiba-tiba penjaga lapangan baseball teriak, “Siapa yang makan rumput saya?!! Anak fakultas mana yang sekarang hobi ngemil rumput?!!!”

Penjaga parkir udah nggak bengong, tapi speechless.

Setelah kejadian itu, Alogaritma sadar kalo kudanya kesepian dan butuh camilan pas dia tinggal kuliah. Jadilah tiap mau kuliah Alogaritma mampir Pasar Gejayan dulu buat beli kangkung, bayam, daun kemangi, daun katuk, atau daun-daun lainnya buat camilan kudanya.

Tapi meskipun nyentrik dan ribet, tunggangan Alogaritma itu sangat efektif buat nganter Alogaritma ke mana aja. Kalo macet, si kuda naik ke trotoar. Jadilah Alogaritma nggak pernah telat. Selain itu dia juga jadi artis jalanan. Dia jadi sering difoto sama orang-orang yang dia temuin di jalan.

Satu-satunya masalah adalah ketika si kuda capek, pegel. Alogaritma harus pijitin si kuda. Selain itu dia juga harus kasih waktu si kuda buat rehat dulu. Tapi itu justru jadi berkah buat Alogaritma sejak suatu peristiwa di suatu sore di pinggir lapangan baseball.

Waktu itu Alogaritma baru selesai kuliah, trus dia mau pulang. Tapi pas dia ke parkiran, si kuda yang gagah perkasa keliatan lesu, lemah, lunglai di singgasananya di bawah pohon. Rupa-rupanya si kuda pegel setelah sebelumnya diajak Alogaritma ke Cangkringan buat bantuin para pengungsi Merapi.

Alogaritma pun keluarin balsem dan koyo dari tasnya. Koyo ditempel di kaki si kuda, balsem diolesin ke badan kuda sambil Alogaritma pijitin si kuda. Tapi setelah satu jam, si kuda belum baikan. Akhirnya Alogaritma pasrah. Dia ikutan duduk di sebelah si kuda.

Tanpa diduga, tanpa dikira, muncullah seorang wanita bermotor matic dari arah pintu gerbang. Lalu wanita itu mendekati Alogaritma dan si kuda. Sekali lagi, tanpa diduga, tanpa dikira, si wanita yang ternyata bernama Intergal itu menawarkan diri untuk mengantar Alogaritma pulang. Lalu bagaimana nasib si kuda? Diputuskan si kuda ditipkan ke UPT Peternakan UGM yang letaknya nggak jauh dari UNY.

Alogaritma senang karena diantar wanita cantik dengan skuter matik yang menawan kayak lagunya SKJ 94. Si kuda pun senang karena ketemu teman-teman baru para kuda nan tampan dan cantik mempesona penghuni UPT Peternakan UGM.

Sepanjang jalan ke kostnya, senyum tak pernah lepas dari wajah Alogaritma. Tapi senyum itu hilang seketika ketika Alogaritma dan Integral sampai di depan kost Alogaritma. Kenapa? Karena tiba-tiba Integral berkata, “Oke, sudah sampai. Menurut argo ongkosnya Rp 8.775. Dibayar pas boleh, dibulatkan jadi Rp 9.000 atau Rp 10.000 boleh banget. Yang penting kontan aja, jangan dicicl ntar saya bisa mecicil.”

Ternyata Integral yang mempesona itu adalah seorang tukang ojek. Dengan perasaan yang carut marut, campuran antara senang di tetes terakhir, kaget, kecewa, dan marah, Alogaritma mengeluarkan Rp 8.800 dari dompetnya dan menyerahkannya kepada Integral yang kemudian dibalas Integral dengan “Makasih yaa” sepaket dengan senyum yang mampu melehkan es krim di siang bolong. Melihat senyum Integral, tiba-tiba Alogaritma merasakan angin sepoi-sepoi berhembus disekelilingnya kaya di iklan permen Relaxa sama Kiss dan tiba-tiba di telinga Alogaritma terdengar John Meyer mendendangkan Clarity. Sejuk. Adem. Seger. Nggak jadi nyesel.

Malamnya Alogaritma nggak bisa tidur. Alogaritma ngantuk tapi nggak bisa memicingkan matanya barang semenit pun. Semalaman Alogaritma cuma ngulet-ngulet. Gonta-ganti posisi tidur. Tapi tetep aja nggak bisa tidur sampai marbot masjid meneriakkan adzan Subuh. Pikirannya cuma ke satu hal, belahan jiwanya, si kuda. Dia kepikiran gimana si kuda di kandang UPT Peternakan UGM. Kerasankah dia? Sudah hilangkah pegel-pegelnya?

Keesokan harinya Alogaritma segera ke kandang UPT Peternakan UGM demi melihat keadaan terakhir si kuda. Si kuda menyambut kedatangan Alogaritma dengan ringkik panjang yang dalam bahasa kuda maksudnya, “Halo, Bos? Apa kabar? Alhamdulillah saya udah sehat, segar bugar, siap mengantar Bos ke mana aja. Saya betah di sini, Bos. Semalam saya dikasih koyo berlapis-lapis, dipijit sama Pak Cartesius. Trus pas Pak Cartesius tidur saya dipijit sama Trigonometri, si anak sapi kecil ini. Selama di sini saya dikasih makan enak, Bos. Rumputnya manis bin renyah, air minum yang dikasih ke saya warna oranye kaya Nutri Sari yang biasa bos minum, kata Pak Cartesius itu airnya dicampur vitamin apa gitu. Saya juga makan kacang, Bos. Tapi bukan kacang Dua Kelinci kaya yang Bos makan, saya makan kacang kedelai sama kacang panjang kaya yang Bos makan kalo makan di SGPC belakang KH UGM. Ternyata enak ya, Bos? Besok-besok kalo beliin saya camilan kacang panjang aja ya, Bos?”

Tapi laporan panjang dari si kuda itu nggak lebih dari ringkik panjang di telinga Alogaritma. Meskipun nggak tahu apa sebenernya isi hati si kuda, Alogaritma tahu si kuda sudah sehat dan pagi ini dia senang.

Alogaritma pun mengucapkan terima kasih kepada Pak Cartesius dan membawa si kuda ke kampus. Sesampainya di tempat parkir di kampusnya, Alogaritma menemukan sesosok wanita cantik dengan sekuter matik nan menawan yang sudah dapat dipastikan adalah Integral di bawah pohon di dekat lapangan baseball yang tidak lain dan tidak bukan adalah singgasana si kuda. Integral tersenyum sumringah melihat Alogaritma datang dengan si kuda. Melihat senyum Integral, Alogaritma senang bukan kepayang. Ia tak lagi merasakan kakinya berpijak di tanah, Alogaritma merasa melayang ke sarang burung bangau di atas pohon-pohon di laboratorium hutan Fakultas Kehutanan UGM.

“Hai,” sapa Integral.

Alogaritma salah tingkah.

“Umm, hai juga,” Alogaritma bingung mau ngomong apa.

20 menit mereka cuma duduk-duduk, saling malu. Tiba-tiba kata-kata yang di kamus jumlahnya ribuan itu hilang entah ke mana.

Si kuda kangen Trigonometri, anak sapi kecil di kandang peternakan UGM, teman barunya.

Capek diem-dieman, malu-maluan, sibuk sama pikiran sendiri, akhirnya Integral ngomong apa maksud dia nungguin Alogaritma.

Integral : Jadi, aku mau ngomong sama kamu. Makanya aku nungguin di sini.
Alogaritma : Kenapa? (sok-sok jaim, misterius gimana gitu. Padahal deg-degan nggak karuan)
Integral : Aku punya usaha ojek motor pake argo. Ini usahaku sendiri. Ya nyoba bisnis sendiri gitulah.
Alogaritma bingung. Dalam hati, “Iya, gue tau. Kan kemarin gue udah “terpaksa pake jasa ojekmu.”
Integral : Dan karena kamu punya kendaraan yang nyentrik itu, aku berniat bikin bisnis baru sama kamu. Ojek kuda pake argo.

Alogaritma speechless.

Tiba-tiba semuanya slow-motion. Si kuda nguap yang keliatannya kaya satu jam. Ada tawon terbang di deket telinga Alogaritma, jadi kaya gerakan peluru di The Matrix, Alogaritma mau niru gerakannya Keanu Reeves tapi dia sadar itu nggak perlu karena si tawon nggak berencana nabrak dia. Daun jatuh yang jarak sebenernya cuma tiga meter tapi keliatan kaya jatuh dari ujung Monas, lama bener sampai tanahnya.

Alogaritma bener-bener kaget. Dia nggak nyangka kalo itu yang ternyata pengen diomongin Integral. Alogaritma cuma bisa bilang, “Oh...”

Alogaritma minta waktu buat mikir. Integral memberikan waktu tak terbatas buat Alogaritma mikir. Tiap malem Integral shalat malam, berdoa biar Alogartima mau diajak kerjasama. Tiap malam pula Alogaritma shalat istikharah minta petunjuk apa yang harus dia lakukan, terima tawaran Integral ataukah menolakknya.

Setelah 7x24 jam, akhirnya Alogaritma siap memberikan keputusan. Dia terima tawaran kerjasama dari Integral. Mereka sepakat bikin gebrakan baru di dunia transportasi umum, yaitu bikin taksi kuda berargo yang diberi nama Geometri.

Integral berperan dalam manajemen perusahaan taksi kuda berargo mereka. Alogaritma berperan dalam melatih para supir taksi mereka. Lalu, dari mana armada mereka? Apakah hanya si kuda pemberian nenek Alogaritma? Oh, tentu tidak. Dalam penyedian dan perawatan armada, mereka bekerja sama dengan peternakan UGM. Kalo perusahaan penerbangan sewa pesawat buat armada mereka, Alogaritma dan Integral sewa kuda buat armada mereka. Ini sekaligus menyenangkan si kuda Alogaritma, si kuda jadi sering diajakin main ke kandang peternakan UGM, dia jadi bisa sering ketemu sama Trigonometri.

Jadi, kalo suatu waktu dan di suatu tempat nanti Anda melihat “Taksi Kuda Berargo GEOMETRI”, mungkin aja itu salah satu armada Alogaritma dan Integral.

Workshop Kompas Muda

1 dari 5 Cm saya terwujud! Ketemu Donny Dhirgantoro.

Sabtu kemarin saya ikut workshop Kompas Muda 4th Anniversary di kampus saya. Yang bikin saya pengen datang adalah salah satu pembicaranya, yaitu Donny Dhirgantoro, penulis 5 Cm. Sebenernya niat saya datang ke sana cuma mau minta tanda tangan di buku saya, tapi ternyata workshopnya (atau takshow ya? Entahlah apa nama yang tepat) asik juga buat diikuti. Beberapa hal penting tentang bagaimana menjadi penulis yang bisa menghasilkan tulisan dahsyat yang saya dapat adalah :
1.The keys of a great story : simple, loveable, inspireable.
2.Cari cerita yang original, dari kehidupan sehari-hari aja, trus kasih sedikit polesan buat bikin cerita itu unik.
3.Film animasi dan kartun bisa menjadi contoh hebat tentang mencari inspirasi ide cerita, entah cerita dalam bentuk tulisan maupaun dalam bentuk animasi, film, sinetron, dsb.
Ambil contoh Finding Nemo. Inti cerita dari film itu adalah seorang bapak yang berusaha keras menemukan anaknya yang hilang. Itu udah biasa. Tapi si sutradara kasih polesan di sana sini sehingga ceritanya jadi nggak biasa. Dia bikin settingnya di underwater, tokoh utamanya ikan badut yang siripnya satu gede, satu kecil, jadi kalo berenang miring. Dari pemilihan tokoh utamanya aja udah jadi nggak biasa. Itu yang bikin suatu cerita ada nilai jualnya.
4.Menulis itu bukan tentang membuat sesuatu, tapi tentang menemukan sesuatu.
5.Cerita yang banyak diminati adalah cerita yang berhubungan tentang from zero to hero. Yang inspiratif-motivatif gitu.
6. Sebuah cerita harus mengandung dinamika, bahasa gampangnya bisa memainkan perasaan pembaca gitu. Jadi, dari baca satu cerita aja, pembaca udah bisa merasakan bahagia, sedih, kecewa, tegang, deg-degan, kaget, dan emosi-emosi lain.

Intinya nggak nyesel deh datang ke workshopnya mas Donny. Mas Donny orangnya asik pula, nggak sombong, nggak jaim. Sebelum acara dimulai, saya sempet ngobrol dulu sama mas Donny barengan sama tiga peserta lain. Mas Donny juga nggak pelit dimintai foto.

Di workshop kemarin, mas Donny kasih contoh ide cerita yang original, dari sehari-hari, tapi nggak biasa, yaitu tentang anak kuliah. Anak kuliah kalo naik kendaraan umum kan udah biasa tuh, mas Donny kasih contoh gimana biar ide itu lain dari yang lain, yaitu bikin idenya jadi ‘anak kuliah yang kalo kuliah naik kuda’. Udah jadi beda kan?
Karena saya merasa ide itu sayang kalo dilewatkan begitu saja, maka saya bikin cerita pendek amburadul kacau balau ngalor ngidul dari ide itu. Cerita itu judulnya Taksi Kuda Berargo, GEOMETRI. Saya posting di posting berikutnya.

Jumat, 04 Februari 2011

Tentang Kerusuhan di Mesir

Tentang kerusuhan di Mesir, kok saya jadi punya pikiran “mungkin nggak sih ini bikinan Amerika sebagai pengalih perhatian atas bocornya kawat file secret service-nya Amerika?”. Bukannya saya anti-Amerika, pengecam Amerika atau apa, bahkan saya bercita cita dapat beasiswa ke sana, tapi karena apa yang telah dipublikasikan tentang Amerika di balik tabir yang ternyata nggak sesuci dan seputih penampilannya selama ini.
Apalagi berdasar resume dari para ahli dan pengamat, inti dari kerusuhan di Mesir ini karena 3 hal, yaitu rakyat yang marah, kepentingan militer, dan kepentingan Amerika yang dibelakangnya ada Israel. Konflik kepentingan yang rumit. Hmmmm....
Kan Amerika pinter pinter tuh, jadi dia pinter nyari celah. Dan mungkin celah paling lebar adalah Mesir di mana ada semacam kediktatoran kepemimpinan di sana dan beberapa konflik kepentingan. Jadi dia diam diam memposisikan diri jadi kompor untuk mengukus rakyat pro-kontra bapak Husni Mubarak dengan waktu singkat macam produk terbaru dari Tupperware yang namanya Steam-It yang menjanjikan bisa bikin pepes mateng dalam 10 menit. Dengan begitu perhatian publik akan condong ke kerusuhan di Mesir, evakuasi warga negaranya, nasib aset perusahaannya di Mesir, dsb di Mesir, bukannya apa aja yang ada di tiap inchi kawat secret service Amerika.