Kamis, 30 Juni 2011

Tulis-Tempel-Lihat Hasilnya

Dosen saya bilang, “Jadikan dinding kamarmu sebagai gurumu”.

Maksudnya bukan bikin dinding kamar yang bisa ngomong, jelasin materi kuliah/ sekolah, ngajarin ngerjain soal atau gimana gitu. Tapi sebagai salah satu jabatan seorang pendidik, yaitu motivator.

Bikin tulisan-tulisan reminder, motivasi, target dan cita-cita, dan apa pun yang bermakna di dinding kamar sehingga sering dibaca, minimal diliatlah. Karena orang Jawa bilang “witing tresna jalaran saka kulina”.

Berikut cara-cara singkat nan menyesatkannya :

1. Pilih warna tinta dan kertas yang paling eye catching buat diri sendiri.
Contohnya tulisan dengan warna merah di kertas putih adalah yang paling bikin mata saya jreeenngg!, karenanya saya pilih kertas putih dan spidol merah sebagai teaching tools saya.

2. Tulis kata, frase,kalimat, puisi, maupun karangan apapun yang bermakna buat diri sendiri lalu tempel di dinding kamar.
Kata-katanya nggak harus yang puitis, penuh bahasa berliku-liku, keren, maupun cuma bisa dipahami dengan buka kamus thesaurus, tapi yang penting bermakna buat diri sendiri. Misalanya frase “going extra miles!”. Saya udah sering denger, baca, lihat frase itu, tapi frase itu benar-benar bermakna buat saya baru-baru aja, jadi saya baru tulis dan tempel frase itu baru-baru aja. Pemilihan kata jangan karena memburu keren, tapi karena memburu makna. Contoh lain, saya punya tempelan yang bunyinya “have you saved SOME COINS for your FUTURE?”. Kalimat itu nggak populer maupun dicetuskan oleh tokoh hebat dunia, tapi murni karena renungan jemuran saya. Dan karena kalimat itu benar-benar bermakna buat saya meskipun nggak keren, maka saya tulis dan tempel.

3. Bikin dengan tulisan tangan.
Biarpun tulisan tangan kita tak seindah cakaran ayam, tetap tulis dengan tulisan tangan sendiri. Karena seperti Snitch dalam Quiditch, tulisan-tempel akan lebih efektif dan work the best bila ada fingerprint kita di dalamnya. hasil penelitian Professor Albus Winda McGonagal Presti Dumbledore. Selain itu, dengan mengajak tangan bersusah payah menulis, itu akan lebih membekas di memori sehingga membuatnya lebih efektif. Ini karena kata-kata tersebut mengalami pengulangan berkali-kali, mulai dari pertama kali muncul di otak, perintah tangan buat nulis, perintah mata buat ngeliat pas nulis, perintah mata pas baca hasil akhir, perintah mata buat liat dan baca pas tempel, dan perintah mata buat liat dan baca tiap nengok ke dinding.

4. Selalu tulis kata-kata apapun yang muncul secara spontan di otak macam pop up.
Menurut Profesor Albus Winda McGonagal Presti Dumbledore, hasil pemikiran pop up itu adalah apa yang ada di alam bawah sadar sehingga itu sangat fundamental. Dan jika hal tersebut dimunculkan ke permukaan, hal tersebut akan bekerja sangat efektif dan akan memberi hasil yang menakjubkan, yang bahkan Paul si gurita peramal maupun Proffesor Sybil Trelawney pun nggak bisa meramalkan kekuatan kata-kata "pop up" tersebut. Dan salah satu cara membawanya ke permukaan adalah dengan membuat tulis-tempel itu.

5. Jangan malu sama tulisan apapun yang ditempel di dinding kamar.
Kalopun ada orang lain yang liat dan ngetawain, biarin aja. Toh mereka ketawa nggak pake tenaga kita kan? Mereka ketawa nggak bikin kita laper juga kan? “Terserah lo mau ketawain, tapi awas aja kalo lo ikut-ikut.” “Terserah aja lo ketawa, liat aja ntar kalo kata-kata yang sekedar kumpulan huruf ini bener-bener ada hasilnya”. “Terserah aja lo mau ketawa, tapi ntar kalo udah kejadian, awas aja kalo lo sampe bengong kaget”. “Terserah lo mau ketawa, tapi liat ntar buktinya”.

Sekian short-course kali ini. Meskipun bintang iklan entah siapa namanya mengatakan ini karena dibayar sama tukang susu bubuk, tapi ini benar adanya Trust me, It works!

Sabtu, 04 Juni 2011

Sebuah Pantai di Pekalongan

Sekitar awal Mei 2011 saya ikut bapak-ibu saya ke Pekalongan untuk suatu acara yang saya kurang ngerti juga acara apa. Tapi apapun acaranya, nggak ngaruh juga buat saya, yang penting saya bisa ikut jalan-jalan, itu aja.

Apa yang saya peroleh dari kunjungan ke Pekalongan sebagai sebagai Miss Yangpentingasakngikutaja? Gerah. Yak, selama 2 hari 1 malam di Pekalongan, saya keringetan terus.

Pekalongan hawanya panaaaas, men!

Pasti grafik penjualan deodoran di Pekalongan tinggi deh. Lha kota kok tiada menit tanpa hawa panas. Bahkan subuh pun udah panas, bikin gerah.

Tentang kuliner, di Pekalongan saya sarapan nasi Megono.

Apa itu nasi Megono?

Ada dua jenis nasi Megono yang saya sempat icipi. Yang pertama, nasi Megono adalah nasi putih dengan urap nangka muda. Yang bikin beda dari urap nangka muda yang biasa saya temui di Solo-Jogja adalah di nasi Megono ini sambel kelapanya pake aneka rupa rempah macem kencur, daun sama kulit jeruk purut sama sereh. Dan menurut saya rasanya rada aneh. Berasa makan urap pake Sunlight. Rasanya wangi-wangi pedes bikin mabok gimana gitu. Yang kedua, nasi Megono berupa nasi putih dengan urap ikan tongkol. Jadi ikannya dikukus dulu, trus disuwir-suwir, trus dicampur sama sambel kelapa yang rasanya kaya Sunlight.

Trus gimana wujud nasi Megono?
Maaf, saya lupa foto nasi rasa Sunlight Megono.

Satu hal yang sedikit mengecewakan saya, saya nggak sempet ngicip seafood khas Pantura. Kenapa? Karena selama di Pekalongan, nggak tau kenapa rasa-rasanya pengen makan masakan Padang mulu. Alhasil kita makannya masakan Padang tanpa sedikitpun hasrat mampir ke tempat makan yang nyediain ikan bakar atau apalah yang khas daerah pesisir gitu. Sampai di rumah baru inget kalo kita pas berangkat pengen makan ikan bakar atau apalah yang ada hawa-hawa seafoodnya gitu.

Nggak afdol kalo ke daerah Pantura tapi nggak mampir ke pantai. Jadilah mampir ke salah satu pantai yang maaf saya lupa namanya. Pantainya bagus. Meskipun bukan jenis pantai dengan pasir putih, tapi pantainya cukup bersih. Ombaknya nggak gede, khas Pantura, jadi aman kalo anak-anak kecil mau main-main rada deket ke air. Selanjutnya, let the pictures do the talk...




P.S : wanita berkerudung di foto ini bukan saya.

(1)

(2)
(1) dan (2) adalah foto rawa di tepi pantai. Rawanya kaya sawah gitu, kotak-kotak ada semacam pematang di sekelilingnya. Dan di pematang-pematang itu ditanami pohon bakau.
Sebenernya di antara rawa-rawa dan di sepanjang tepian jalan masuk ke pantai, ada kebun melati. Tapi sama seperti nasi Megono, saya lupa buat jepret-jepret.





Garis di langit itu jejak pesawat/ roket/ entah apa namanya pokonya yang mesin yang bisa terbang gitu. Keliatannya cantik ditengah-tengah awan gitu. Jadi keliatan kaya bulu burung, Tapi sebenarnya rada ngilu juga ngeliatnya. Langit yang cantik apa adanya jadi ternoda, itu polusi. Kaya kulit muka mulus bintang iklan kosmetik, tiba-tiba ada jerawatnya. Tetep cantik, tapi rada ngganjel aja kalo diliat.


Sebenernya pantai ini sepi, nggak terlalu ramai. Kalo di foto ini keliatan ramai, banyak mobil parkir, itu karena saya ke sananya rame-rame, sekitar 20an mobil. Jadi yang bikin keliatan ramai ya rombongan di mana saya ikut sebagai Miss Yangpentingasalngikutaja.


Di tepi pantai banyak pohon cemara. Kalo diliat pohon-pohon cemaranya berderet rapi, sepertinya memang sengaja ditanam, nggak tumbuh dengan sendirinya.



Foto duo bocah nan unyu dan kyut ini adalah bukti kalo ombak di pantai ini nggak ganas. Nggak mungkin dong orang tua bocah-bocah ini biarin anaknya main sedeket itu sama air kalo ombaknya kejam mengancam? Malah menurut saya pantai ini airnya kaya danau, tenang.

Kamis, 02 Juni 2011

Pengalaman Pertama Bolos Kuliah

Saya bolos kuliah selama 4 hari berturut-turut. Apa pasal? Saya sakit.

Sakit apa? Ah, tidak perlu dibicarakan. Saya takut kalo saya sebutkan sakit apa saya gerangan, saya ketahuan jadi orang penyakitan. Kalo ketauan saya penyakitan, saya khawatir fakultas kedokteran jadi kebanjiran mahasiswa karena pada pengen jadi dokter biar bisa ngobatin saya. mau muntah? Silakan.

Bolos selama ini adalah hal yang tabu buat saya. Tiba-tiba saya pasti jadi panas-dingin des-degan, lemes breasa kaya ayam tulang lunak tiap diajakin bolos kuliah. Tapi karena berberapa virus hina yang berkonspirasi menginvasi tubuh saya, akhirnya saya HARUS BOLOS kuliah.

Well, ternyata bolos itu TIDAK selamanaya MENYENANGKAN. Saya emang bukan mahasiswa teladan, tapi telatan, tapi saya tidak mengerti apa pentingnya bolos. Demi apa merelakan diri melewatkan kesempatan main di kampus, jajan donat sama yoghurt di kantin. Demi menuruti rasa malas? Temen-temen saya bilang mereka bolos karena 1. Belum ngerjain tugas, 2. Males. Untuk alasan pertama bisa diterima. Tapi yang kedua???? Oh, Doraemon sohibnya Nobita, bisakah kamu keluarin baling-baling bambu anti males???

Semales-malesnya saya kuliah, saya nggak pernah kepikiran untuk bolos. Bukan karena saya semangat 45 buat cari ilmu, niat jadi mahasiswa teladan, atau apa, tapi karena saya merasa ada lebih banyak hal yang bisa saya lakukan di ruang kuliah daripada di kost. Kalopun males kuliah, ya tetep aja berangkat, seenggaknya bisa berasa jadi artis *gagal* dengan bagi-bagi tanda tangan di daftar presensi, trus abis itu tidur kek, ngisi TTS, buka laptop manfaatin WiFi dari kampus, atau apalah.yang jalas I STRONGLY SUGGEST JANGAN PERNAH BOLOS DENGAN SENGAJA. Jangan menyakiti hati bapak-ibu nun jauh di kampung halaman sana. Meskipun kuliah males-malesan, tapi kalo tetep berangkat, pas bapak/ibu telepon kan bisa kasih jawaban faktual yang setidaknya memberikan secercah kehangatan di hati mereka.

Bapak : lagi ngapain, nak?

Anak : baru selesai kuliah, bapak. ini baru keluar kelas, mau ke kantin jajan donat, lapar.

Bayangkan, betapa cerahnya senyuman bapak ketika mendengar jawaban demikian dari anaknya! Si bapak senang, si anak pun nggak bohong. Yah, meskipun kulianya males-malesan, setidaknya si anak benar-benar MENGHADIRI KULIAH, bukannya main game di kost.