Sabtu, 04 Juni 2011

Sebuah Pantai di Pekalongan

Sekitar awal Mei 2011 saya ikut bapak-ibu saya ke Pekalongan untuk suatu acara yang saya kurang ngerti juga acara apa. Tapi apapun acaranya, nggak ngaruh juga buat saya, yang penting saya bisa ikut jalan-jalan, itu aja.

Apa yang saya peroleh dari kunjungan ke Pekalongan sebagai sebagai Miss Yangpentingasakngikutaja? Gerah. Yak, selama 2 hari 1 malam di Pekalongan, saya keringetan terus.

Pekalongan hawanya panaaaas, men!

Pasti grafik penjualan deodoran di Pekalongan tinggi deh. Lha kota kok tiada menit tanpa hawa panas. Bahkan subuh pun udah panas, bikin gerah.

Tentang kuliner, di Pekalongan saya sarapan nasi Megono.

Apa itu nasi Megono?

Ada dua jenis nasi Megono yang saya sempat icipi. Yang pertama, nasi Megono adalah nasi putih dengan urap nangka muda. Yang bikin beda dari urap nangka muda yang biasa saya temui di Solo-Jogja adalah di nasi Megono ini sambel kelapanya pake aneka rupa rempah macem kencur, daun sama kulit jeruk purut sama sereh. Dan menurut saya rasanya rada aneh. Berasa makan urap pake Sunlight. Rasanya wangi-wangi pedes bikin mabok gimana gitu. Yang kedua, nasi Megono berupa nasi putih dengan urap ikan tongkol. Jadi ikannya dikukus dulu, trus disuwir-suwir, trus dicampur sama sambel kelapa yang rasanya kaya Sunlight.

Trus gimana wujud nasi Megono?
Maaf, saya lupa foto nasi rasa Sunlight Megono.

Satu hal yang sedikit mengecewakan saya, saya nggak sempet ngicip seafood khas Pantura. Kenapa? Karena selama di Pekalongan, nggak tau kenapa rasa-rasanya pengen makan masakan Padang mulu. Alhasil kita makannya masakan Padang tanpa sedikitpun hasrat mampir ke tempat makan yang nyediain ikan bakar atau apalah yang khas daerah pesisir gitu. Sampai di rumah baru inget kalo kita pas berangkat pengen makan ikan bakar atau apalah yang ada hawa-hawa seafoodnya gitu.

Nggak afdol kalo ke daerah Pantura tapi nggak mampir ke pantai. Jadilah mampir ke salah satu pantai yang maaf saya lupa namanya. Pantainya bagus. Meskipun bukan jenis pantai dengan pasir putih, tapi pantainya cukup bersih. Ombaknya nggak gede, khas Pantura, jadi aman kalo anak-anak kecil mau main-main rada deket ke air. Selanjutnya, let the pictures do the talk...




P.S : wanita berkerudung di foto ini bukan saya.

(1)

(2)
(1) dan (2) adalah foto rawa di tepi pantai. Rawanya kaya sawah gitu, kotak-kotak ada semacam pematang di sekelilingnya. Dan di pematang-pematang itu ditanami pohon bakau.
Sebenernya di antara rawa-rawa dan di sepanjang tepian jalan masuk ke pantai, ada kebun melati. Tapi sama seperti nasi Megono, saya lupa buat jepret-jepret.





Garis di langit itu jejak pesawat/ roket/ entah apa namanya pokonya yang mesin yang bisa terbang gitu. Keliatannya cantik ditengah-tengah awan gitu. Jadi keliatan kaya bulu burung, Tapi sebenarnya rada ngilu juga ngeliatnya. Langit yang cantik apa adanya jadi ternoda, itu polusi. Kaya kulit muka mulus bintang iklan kosmetik, tiba-tiba ada jerawatnya. Tetep cantik, tapi rada ngganjel aja kalo diliat.


Sebenernya pantai ini sepi, nggak terlalu ramai. Kalo di foto ini keliatan ramai, banyak mobil parkir, itu karena saya ke sananya rame-rame, sekitar 20an mobil. Jadi yang bikin keliatan ramai ya rombongan di mana saya ikut sebagai Miss Yangpentingasalngikutaja.


Di tepi pantai banyak pohon cemara. Kalo diliat pohon-pohon cemaranya berderet rapi, sepertinya memang sengaja ditanam, nggak tumbuh dengan sendirinya.



Foto duo bocah nan unyu dan kyut ini adalah bukti kalo ombak di pantai ini nggak ganas. Nggak mungkin dong orang tua bocah-bocah ini biarin anaknya main sedeket itu sama air kalo ombaknya kejam mengancam? Malah menurut saya pantai ini airnya kaya danau, tenang.

2 komentar:

Sekar Lawu mengatakan...

marahi pengin, Nda....apiiik

WindaPresti mengatakan...

@ sekar lawu : kapan2 cobain, bulik :D